FERRYANTO SAADA

ANAK BAND YANG SUKSES DI TIANSHI

Apapun latar belakang orang, semuanya memiliki peluang sama untuk sukses di Tianshi. Ferryanto Saada, seorang musisi yang pernah melahirkan album bersama grup musik Daun juga bisa sukses meraih reward Mercy C230 Sport dari Tianshi.

BAHKAN, Ferry sudah mendapatkan passive income berupa sharing internasional dengan peringkat Bronze Lion yang telah dicapainya. Sementara penghasilan bulanannya sudah mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Saat ini jaringan Ferry telah tersebar di Pontianak, Jakarta, Pekanbaru, dan Yogyakarta. Padahal, ketika awal ditawari bergabung dengan Tianshi, Ferry mengaku sangat negatif dengan Tianshi. "Namun, teman saya Pak Nursam ngotot mem-follow up. Selama tujuh bulan, saya dipresentasi dan di-follow up Pak Nursam," kata Ferry.

Ferry pun join pada pertengahan 2003, itu pun karena Nursam mengatakan bahwa distributor Tianshi itu bukan salesman, tetapi pengusaha. "Ini adalah bisnis jaringan, sebuah 'kendaraan’ yang dipakai orang-orang kaya di dunia untuk MEMBANGUN ASET," kata Ferry menirukan apa yang dikatakan Nursam. Ferry mengaku paradigmanya semakin terbuka setelah membaca buku CASH FLOW QUADRANT-nya Robert T Kiyosaki. "Ternyata profesi musisi itu termasuk active income, kalau nggak ada order berarti nggak dapat uang. Sama seperti karyawan kantoran, gak kerja berarti gak ada gaji. Saya pun mulai berpikir untuk membangun aset dan menjadi pengusaha. Aset tersebut akan menghasilkan uang untuk kita," kata Ferry.

Pertemuan menjadi kunci Ferry untuk memulai bisnis Tianshi. Di pertemuan tersebut Ferry bisa menyaksikan para member Tianshi dengan berbagai latar belakang. Mulai dari manajer, dokter, pengusaha, dan berbagai macam lainnya. Ferry mengungkapkan, ketika sedang membangun bisnis jaringan, orangtuanya sempat melarang. Ferry disarankan lebih konsentrasi menyelesaikan kuliah. "Hal ini menjadi beban psikologis. Tapi, saya pikir, orangtua saya lahir tahun berapa. Sementara sekarang ini sudah tahun 2007, di mana semuanya telah berubah," kata Ferry. Menurut Ferry, saat ini era musik berubah, kehidupan berubah, fesyen berubah, dan cara mencari uangpun berubah. Dan ternyata dalam pergeseran revolusi bisnis, MLM telah menjadi tren. "Makanya saya nggak mau kehilangan tren dan tidak mau hanya menjadi penonton," kata Ferry.

Tetapi dalam membangun jaringan, Ferry harus menghadapi berbagai tantangan. Ferry pun harus rela dijauhi teman-teman dekatnya, bahkan pada white board yang ada di studio tertulis 'area bebas presentasi'. "Itu sangat memukul psikologi dan sempat membuat saya down. Saya mendapat pelajaran penting, ternyata tidak ada teman abadi," kata Ferry. Ferry menyadari bahwa teman SD berbeda dengan teman SMP dan SMA. "Saya mungkin kehilangan teman-teman sebelumnya, tapi sekarang saya memiliki teman yang jauh lebih positif. Mereka benar-benar fokus memikirkan masa depan melalui Tianshi," kata Ferry.

Reward Mercy & lainnya merupakan simbol kesuksesan di Tianshi. Kehidupan pribadi Ferry secara finansial juga berubah. Ketika kuliah, kalau ingin sesuatu Ferry harus ngamen dulu dari kafe ke kafe. "Sejak tahun 2000 saya memang tidak mau lagi memberatkan orangtua yang harus lembur membiayai saya kuliah," kata Ferry. Untuk join di Tianshi saja pada tahun 2003, Ferry sampai menjual bass (alat musik) Rp1,5 juta. Sisanya ia pinjam dari mamanya. Tetapi, dua bulan setelah menjalani bisnis ini, Ferry bisa langsung mengganti uang tersebut. Kini semuanya berubah...

Ferry dulu sempat berpikir, penghasilan delapan digit hanya berlaku untuk kalangan General Manager. Tetapi, bonus dari Tianshi yang masuk rekening Ferry selalu delapan digit. Ferry tidak lagi membeli rokok ketengan, membeli bensin pun selalu full. Bahkan Ferry bisa membantu kakaknya menikah. "Kakak saya pernah gagal menikah gara-gara tak punya uang," kata Ferry.

Ferry kini sudah menikmati passive income, la memiliki banyak waktu untuk jalan-jalan tanpa harus memikirkan kerja. Ferry bisa menikmati menonton film di bioskop. "Saya merasakan kebebasan finasial, waktu, dan pikiran. Berat badan saya naik dari 50 kg menjadi 80 kg. Karena nggak banyak pikiran," kata Ferry.

Impian: Membangun Rumah buat Orangtua
Saya orang nggak punya, ibu hanyalah seorang pensiunan. Beliau tak memiliki rumah hanya demi sekolah saya dan kakak saya. Saya anak yang sangat disayang, sehingga benar-benar ingin memberikan yang terbaik buat ibu. Saya pergi ke luar kota kerja keras untuk membangun rumah buat orangtua saya. Inilah motivasi saya yang paling utama.

Saya ingin terus meningkatkan penghasilan. Dengan harga kebutuhan yag terus naik, pendapatan Rp15-20 juta itu belum cukup. Saya membaca buku terbaru 'Kenapa Anda Harus Kaya' yang mengungkapkan sekarang tidak ada kaum menengah, yang ada hanya kaum kaya dan miskin. Jadi, hanya ada dua pilihan. Kalau mau kaya, maka harus bangun aset sebesar-besarnya. Jadi secara finansial, saya masih merasakan belum cukup, masih banyak impian saya yang harus diwujudkan. Finansial saya masih kurang dibanding life style yang diinginkan.

Saya juga ingin mengejar reward kapal pesiar pada tahun 2008. Dengan reward ini, saya juga akan tunjukkan kepada jaringan, bahwa mereka tidak akan sia-sia di usaha ini. Mereka harus bisa mendapat reward, karena prosesnya mudah. Saya dan beberapa leader di Tianshi juga berencana membuat album rekaman sendiri. Kebetulan kita sama-sama punya background musisi. Bahkan, salah seorang leader saya sudah masuk album kedua. Kami tak memikirkan uang tapi idealisme kita. Targetnya tahun 2008 sudah membuat album dengan nama grup band yang baru.

Tips
Orang ketakutan menjalankan Tianshi, karena ada yang gagal di bisnis ini. Padahal mereka gagal karena tidak mengikuti sistem, apapun support systemnya. Saya sendiri mengikuti semua langkah dalam support system. Siapapun yang benar-benar mengikuti kurikulum sistem, pasti bisa berhasil.

Biasakanlah untuk selalu mengikuti kebiasaan orang sukses di bisnis ini. Yakni dengan cara mendengarkan kaset positif dan membaca buku. Ketika down, saya paksa diri sendiri untuk mendengarkan kaset hingga semangat lagi. Atau saya harus memaksa diri untuk membaca buku lagi. jika ingin sukses, harus mendengarkan kaset minimal satu kali per hari dan membaca buku minimal 15 menit per hari.

Orangtua menjadi sumber motivasi terbesar dalam menjalankan bisnis ini. Ketika saya down saya kembali memikirkan kebahagiaan orangtua. Selama ini, mereka berjuang mati-matian supaya saya bisa sekolah dan kuliah. Kenapa saya terus mengeluh untuk sebuah proses. Mereka tak pernah mengeluh untuk memberikan yang terbaik buat saya. jadi tidak ada alasan buat mengeluh. Ingat orangtua dan impian akan membakar semangat hidup.

Motivation Words:
Syarat utama menjalankan bisnis ini harus fokus pada Impian, konsisten dan ikuti sistem, pasti akan berhasil. Tak perlu ngeyel, atau membuat cara-cara lain dalam menjalankan bisnis. Ikuti kata upline, pasti akan berhasil. Jangan pernah berhenti, kalau berhenti pasti gagal. Seorang pemenang tidak pernah berhenti. Winner never quit, quit never win.

-------------------------------------------------------------------
Nama: Ferryanto Saada,
Asal: Yogyakarta
Lahir : Palu, 16 Juni 1980
Profesi Awal : Musisi
Profesi Sekarang : 100% Distributor TIANSHI